Terkait Kebiasaan Kepala Sekolah 2020. Blogdiknetinfo, mencoba menyoroti panjang lebar tentang hal ini. supaya tidak penasaran. Silahkan klik dan baca.
Kebiasaan Kepala Sekolah 2020– Kepala Sekolah adalah
pemimpin tertinggi di sekolah. Pola kepemimpinannya sangat berpengaruh, sangat
menentukan terhadap kemajuan sekolah. Pada saat menjadi guru, tugas pokoknya
adalah mengajar dan membimbing siswa untuk mempelajari mata pelajaran tertentu.
Adapun kepala sekolah tugas pokoknya adalah ‘memimpin’ dan ‘mengelola’ guru
beserta sifatnya untuk bekerja sebaik-baiknya demi mencapai tujuan sekolah.
Hal yang sering terjadi
Hal yang sering terjadi pada seorang Kepala Sekolah adalah mutasi, meskipun belum tuntas masa jabatannya, tiba-tiba dimutasikan. Memang ini sudah dari dulu mutasi kepala sekolah adalah hal yang biasa. Bagi penulis, hal ini sah-sah saja, tidak masalah sepanjang itu adalah kebutuhan dan keputusan apalagi sudah ada aturannya. Tapi..pertanyaannya dengan adanya mutasi, Apakah seorang Kepala Sekolah mampu bekerja dengan baik pada sekolah barunya, sementara masih memiliki beban dan tanggung jawab yang besar pada sekolah lamanya.
Berfokus pada postingan artikel kali ini, penulis berkesimpulan bahwa
mutasi bukanlah satu-satunya solusi untuk menata sebuah lembaga menjadi lebih
baik. Apalagi mutasi itu mungkin terjadi karena ada persoalan dalam tanda
kutip. Kepala sekolah yang potensial harus mengakui bahwa, bersama dengan
peranan itu terdapat pula tanggung jawab. Memimpin atau memikul tanggung jawab tidak pernah mudah dan kepemimpinan yang
efektif memerlukan usaha yang luar biasa besar/beratnya. Ini tidak hanya
berarti tekanan, stres dan tantangan. Tetapi juga kepuasan yang luar biasa jika
tugas itu dapat dicapai dengan sukses.
Mutasi lagi-mutasi lagi! Kalimat pendek yang mungkin ada dipikiran
kita. Kenapa Kepala Sekolah harus mutasi alias pindah? Ah..! tinggalkan pikiran
itu teman-teman. Mari kita pikirkan sembilankebiasaan Kepala Sekolah yang diharapkan agar sekolah baru yang dipimpinnya
menjadi lebih baik.
1. Menjadi Pendengar yang Baik;
Salah satu kebiasaan yang baik dalam kehidupan kepemimpinan kepala
sekolah adalah berusaha menjadi pendengar yang baik para siswa, guru dan
karyawannya. Dapat dinyatakan secara kategorial bahwa tidak ada manuasia yang
demikian pintarnya sehingga ia tidak lagi perlu belajar dari orang lain. Atau demikian
objektif dan rasionalnya sehingga ia tidak lagi memerlukan masukan dari
berbagai pihak yang melakukan interaksi. Kesemuanya ini berarti bahwa seorang
kepala sekolah perlu melatih diri menjadi pendengar yang baik. Mendengarkan mengharuskan
seorang pemimpin sadar akan tiga sifat pokok, yaitu prasangka/kecenderungan,
bahasa tubuh, dan bunyi vokal.
1). Prasangka/kecenderungan.
Setiap orang memiliki pandangan yang mengandung prasangka/kecenderungan,
sekalipun mereka tidak sepenuh menyadarinya. Prasangka/kecenderungan adalah
cara berpikir yang cenderung untuk menyukai atau membenci orang, peristiwa,
atau ide. Ini mencerminkan kemampuan individu untuk memahami dan menafsirkan secara
tepat apa yang mereka lihat dan mereka dengar. Tantangan utamanya adalah untuk
menentukan besarnya perorangan dari prasangka/kecenderungan ini terhadap
penilaian yang baik maupun kemampuan untuk mendengarkan secara akurat apa yang
dikatakan.
2). Bahasa tubuh/sinyal visual.
Orang akan manafsirkan arti bahasa tubuh itu menurut pengetiannya
sendiri. Penduduk yang memiliki latar belakang dan kebangsaan yang berbeda
dapat memiliki arti yang tidak sama untuk simbol-simbol yang terkandung dalam
bahasa visual. Mendengar jelas menjadi lebih kuat jika mata dan telinga
digunakan digubakan secara serentak. Kesulitannya adalah menganggap bahw1a
sudah ada pemahaman, padahal sebenarnya masih ada kemungkinan yang meragukan. Jika
pembicara menggantungkan diri pada isyarat yang samar-samar artinya, yang
penting untuk dilakukan adalah menanyakan artinya.
3). Bunyi vokal.
Kadang-kadang ada pesan tersembunyi yang dapat ditangkap dengan
mendengar secara cermat. Misalnya pembicara dapat mengeluarkan sinyal yang menunjukan
kedaan emosi maupun sikap terhadap pendengarnya melalui suara. Kadang-kadang
lebih penting mendengar pesan yang halus ketimbang isi sebenarnya dari apa yang
dikatakannya. Jika nada suara pembicara bertentangan dengan pesan lisan yang
sebenarnya, pendengar harus menanyakannya untuk mendapatkan kejelasan. Meskipun
memerlukan kebijaksanaan, namun hal ini dapat memberikan sumbangan untuk
pemahaman yang lebih baik/meningkat.
2. Mengatur Konflik;
Di sekolah kita kenal istilah Stakeholders
yang artinya ada unsur-unsur yang terlibat dalam kepentingan sekolah. Ada kelompok
guru, staf dan kelompok siswa misalnya. Setia individu mempunyai latar belakang
motivasi, tujuan, watak serta kepribadian yang berbeda. Oleh karena itu, tidak
mustahil suatu saat terjadi perbenturan antara keinginan-keinginan setiap para
individu, sehingga lahirlah yang disebut konflik. Konflik itu terjadi selalu
bersumber pada manusia dan perilakunya.
Maslahnya, bagaimana kepala sekolah dapat menciptakan suasana yang
harmonis, agar tidak terjadi konflik yang berdampak negatif pada warga sekolah.
Lebih dari itu bagaimana kepala sekolah bersama warga sekolah khususnya tenaga
kependidikan dapat mengendalikan konflik dan memanfaatkannya untuk kemajuan. Untuk
kepentingan tersebut, diperlukan kebiasaan bagi kepala sekolah dalam mengatur
konflik. Sikap yang berwibawah, jujur, transparan dapat menjadi modal untuk
menjalin komunikasi yang baik dan harmonis.
3. Melakukan Pembinaan;
Suka atau tidak suka, setiap kepala sekolah adalah seorang pembimbing
sekaligus pembina. Membina disini diartikan secara luas, misalnya seorang
kepala sekolah memberikan nasihat kepada para bawahannya untuk memecahkan
berbagai masalah yang dihadapinya, baik sebagai individu maupun sebagai kepala
sekolah. Dalam melakukan fungsinya sebagai kepala sekolah yang efektif harus
memiliki kebiasaan yang tepat untuk melakukan pembinaan kepada para guru dan
karyawan. Berikut empat pembinaan yang dapat dilakukan :
1). Pembinaan mental.
Bagian ini membina hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak
manusia. Dalam hal ini kepala sekolah harus mampu menciptakan iklim yang
kondusif agar setiap warga sekolah dapat melaksanakan tugas dengan baik,
proporsional dan profesional.
2). Pembinaan moral.
Bagian ini membina hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik-buruk
mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban, atau moral yang diartikan sebagai
akhlak, budi pekerti dan kesusilaan. Kepala sekolah yang efektif harus berusaha
memberikan nasihat kepada seluruh warga sekolah, misalnya pada saat upacara
bendera atau pertemuan rutin.
3). Pembinaan fisik.
Bagian ini membina hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani,
kesehatan, dan penampilan manusia secara lahiriah. Seorang kepala sekolah harus
mampu memberikan dorongan agar para pendidik terlibat secara aktif dan kreatif
dalam berbagai kegiatan olahraga, baik yang diprogramkan sekolah maupun
diselenggarakan oleh masyarakat sekitar sekolah.
4). Pembinaan artistik.
Bagian ini adalah pembinaan yang berkaitan dengan kepekaan manusia
terhadap seni dan keindahan. Dalam hal ini, kepala sekolah dibantu oleh para
karyawan atau guru harus mampu merencanakan berbagai program pembinaan
artistik, tetapi dalam pelaksanaannya tidak mengganggu kegiatan pembelajaran.
4. Mengelola Waktu;
Sebagai kepala sekolah kemungkinan besar akan merasakan bahwa waktu
yang dimiliki setiap hari sangat singkat, sekalipun waktu yang dimiliki
sebenarnya sama persis dengan yang dimiliki orang lain. Seorang kepala sekolah,
akan merasakan betapa pentingnya mengelola waktu dengan baik agar dapat
mencapai tujuan yang telah direncanakan. Penggunaan waktu yang baik merupakan
unsur penting dalam manajemen yang proaktif. Tujuan unit adalah membantu kepala
sekolah untuk menjadi manajer waktu yang lebih baik.
Sebelum seorang kepala sekolah mengelola waktu secara efisien, pertama-tama
perlu mengetahui tugas-tugas yang harus dilakukan. Diantaranya ada empat jenis
tugas utama yang diharapkan dilakukan sebagai kepala sekolah, yaitu :
- Tugas Rutin, yaitu semua tugas berulang pada waktu spesifik (harian, mingguan atau bulanan);
- Tugas Personalia, yaitu manajemen isu-isu kepegawaian
- Tugas Kreatif, yaitu mengalokasikan waktu untuk melakukan tugas yang dirancang untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan sekolah.
- Pemecahan Masalah, yaitu mengalokasikan waktu untuk memecahkan masalah yang tidak terduga atau masalah rutin.
5. Menciptakan Visi;
Sekolah sama halnya dengan sebuah organisasi. Apabila dibangun tanpa
memiliki visi yang jelas, sekolah akan berjalan terseok-seok tanpa arah,
berputar-putar tidak menuju sasaran dan akhirnya punah. Visi merupaka sebuah
daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses
ledakan kreativitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai
keahlian dari orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut.
Visi tercipta dari kreativitas pemikiran pemimpin sebagai refleksi
profesional dan pengalaman pribadi atau sebagai hasil elaborasi pemikiran
mendalam dengan pengikut/personel lain, yaitu berupa ide-ide ideal tentang
cita-cita organisasi di masa depan yang ingin diwujudkan bersama.
Adakalanya kita menemukan kepala sekolah yang berciri terbalik dari
mereka yang kecanduan kerja. Mereka begitu ahli mendelegasikan sehingga mereka tampak
tidak melakukan apapun. Tanda-tandag orang seperti ini sering tidak di kantor. Menjanya
sangat rapih dan bersih, dan mereka sering terlihat meluangkan waktu sangat
dengan tamu biasa. Untuk mempertahankan keadaan seperti ini, mereka biasanya
menerapkan gaya manajemen permisif yang negatif. Ia tidak peduli apakah
lembaganya edektif atau tidak.
Jika seorang kepala sekolah menguraikan visinya dengan cara yang dapat
menyentuh para pendukungnya, merekapun akan menarik komitmen/tanggung jawab
yang kuat. Menciptakan visi merupakan langkah untuk menuju kepemimpinan kepala
sekolah yang efektif. Hal ini merupakan langkah yang perlu dibiasakan oleh
seorang kepala sekolah.
6. Pembuat Keputusan;
Kebiasaan kepala sekolah yang ini adalah yang mampu menghasilkan keputusan
sekolah yang bermutu, baik kuantitatif maupun kualitatif. Tidak ada manajemen
sekolah yang lebih baik, kecuali yang mampu meraih perubahan positif, rasional
dan objektif bagi oragnisasi persekolahan. Untuk itu, secara umum keputusan
dibagi menjadi du jenis yaitu :
1). Keputusan Startegis
Keputusan ini merupakan kebijakan dan arah organisasi. Kebijakan menyita
banyak perhatian terutama bagi para manajer puncak karena pengaruhnya sangat
besar terhadap tertumbuhan dan kelangsungan hidup suatu organisasi.
2). Keputusan Operasional
Keputusan ini merupakan keputusan yang menyangkut pengelolaan
organisasi sehari-hari. Keputusan operasional sangat menentukan efektivitas
keputusan strategis yang diambil.
7. Komunikator;
Tidak dapat disangkal bahwa salah satu kebiasaan kepala sekolah yang
patut diteladani adalah kemampuanya berkomunikasi secara efektif. Nah! Kebiasaan
jika tidak dimiliki oleh seorang kepala sekolah, penulis tidak tahu entah
bagaimana nantinya berbicara/berpidato di forum. Silahkan Anda menilai sendiri,
berwibawah atau tidak. Bagi penulis, komunikasi yang efektif hanya berlangsung
apabila pesan yang ingin disampaikan oleh sumber pesan tersebut dapat diterima
dan dimengerti oleh sasaran komunikasi.
Sebagai komunikator, seorang kepala sekolah harus mampu menciptakan
pemahaman. Tugas kuncinya adalah untuk mencapai keseimbangan antara sumbangan
kreatif dan pendapat umum. Suara yang keras-keras akan terdengar paling
nyaring. Untuk menghindari anarki, disamping untuk membantu perkembangan
perdebatan, diperlukan seorang pemimpin yang dapat menentukan dan mengikuti
peraturan. Ini akan menjamin bahwa ide semua orang akan disengar secara
semestinya.
8. Memberikan Motivasi;
Guru yang memiliki kelebihan, skil, dan kreatif tinggi tidak dapat
dikeluarkan dan dimaksimalkan oleh sekolah. Itu suatu kerugian terbesar dari
sekolah tersebut. Apalagi misalnya suatu hasil yang dibuat oleh seorang guru yang
hebat, tetapi yang terkenal adalah kepala sekolahnya tanpa memberi motivasi
kepada guru yang hebat itu. Penulis katakan ini kebiasaan kepala sekolah yang
salah. Dan kalau kebiasaan ini tidak dirubah,
itu sama saja sekolah akan kehilangan nyawa dan yang terjadi hanyalan rutinitas
tanpa ada sesuatu yang lebih. Karena guru bersangkutan tidak akan mengeluarkan
kelebihan yang dimilikinya.
Sebagai motivator, seharusnya seorang kepala sekolah memiliki strategi
yang tepat untuk memberikan motivasi bagi warga sekolahnya dalam melakukan
berbagai tugas dan fungsinya. Memberi motivasi terhadap guru dapat terdiri atas
pemberian penghargaan yang dapat menumbuhkan inisiatif, kemampuan-kemampuan
kreatif dan semangat berkompetensi yang sehat. Pemberian penghargaan sebagai
upaya pembinaan motivasi tidak selalu harus berwujud atau dalam bentuk barang tetapi
dapat juga dalam bentuk terima kasih, pujian dan rasa bangga memiliki guru yang
hebat kreatif. Bagi penulis, tidak perlu kasih uang atau barang, ucapan terima
kasih dan bangga memiliki kami itu sudah lebih dari cukup.
Pemberian perhatian yang cukup terhadap guru dengan segala potensi yang
dimilkinya merupakan bentuk motivasi yang sederhana. Karena banyak yang tidak memiliki
motivasi dalam mengajar diakibatkan tidak dirasakan adanya perhatian.
9. Manajemen Kinerja;
Kadang-kadang menilai kinerja seseorang oleh seorang pemimpin hanya
untuk mencari-cari kesalahannya. Ini kebiasaan yang tidak boleh diterapkan saat
ini. Menilai kinerja guru di sekolah bukan sebuah hal yang sederhana. Perlu sebuah
komunikasi yang baik di dalam sekolah sendiri untuk membuat standar penilaian
yang baik.
Evaluasi kinerja adalah salah satu bagian dari manajemen kinerja, yang
merupakan proses kinerja perseorangan dinilai dan devaluasi.
Demimkian tentang kebiasaan kepala sekolah 2020 yang diharapkan di era pendidikan saat ini.
COMMENTS