Mengoptimalkan perkembangan kecerdasan anak usia dini baik dengan stimulasi kognitif sesederhana apapun yang dilakukan, itu adalah bagian tanggung jaw
![]() |
ILustrasi Free Image source : pixabay.com |
Mengoptimalkan perkembangan kecerdasan anak usia dini baik dengan
stimulasi kognitif sesederhana apapun yang dilakukan, itu adalah bagian tanggung
jawab orang tua juga. Namun upaya yang sangat bagus dan mulia ini sulit
dilakukan apabila orang tua tidak mempunyai pemahaman tentang dunia anak. Oleh karena
itu, dalam pembahasan bagian ini, penting sekali bagi kita untuk lebih mengenal
dunia anak,lebih khususnya lagi mengenal dunia kecerdasan anak usia dini.
Agar dapat mengoptimalkan perkembangan kecerdasan anak usia dini,
selain memahami bahwa anak merupakan individu yang unik, ada beberapa catatan
yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan upaya memahami dan lebih
mengenal dunia anak sebagai berikut :
1. Bukan orang dewasa
![]() |
Image: Ilustrasi anak bukan orang dewasa (pixabay.com) |
Anak tetap anak-anak; bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Anak-anak
banyak memiliki keterbatasan bila dibandingkan dengan orang dewasa. Mereka juga
memiliki dunia sendiri yang khas dan harus dilihat dengan kacamata anak-anak. Oleh
sebab itu, dalam menghadapi mereka memang dibutuhkan adanya kesabaran,
pengertian, dan tolerasi yang mendalam.
Tidak jarang orang tua memaksanakan kehendak bahwa anak-anaknya harus
menuruti apa yang dipikirkan oleh orang tuanya. Ini berarti bahwa orang tuanya
berpandangan-meski sering tidak disadarinya-bahwa anaknya adalah orang dewasa
yang bertubuh kecil. Padahal, anak-anak mempunyai cara piker, cara pandang, da
bahkan mempunyai daya imajiasi tersendiri dalam memandang sebuah masalah. Di samping
itu, banyaknya keterbatasan yang dimiliki oleh anak jelas masih membutuhkan
bantuan dan bimbingan dari orang tua.
2. Dunia bermain
![]() |
Ilustrasi dunia bermain anak (free image pixabay.com) |
Dunia anak-anak adalah dunia bermain, yaitu dunia yang penuh semangat
apabila terkait dengan suasana yang menyenangkan . ketika orang tua ingin
mengembangkan kecerdasan yang ada anak-anaknya, maka harus diingat bahwa
anak-anak menyukai hal yang menyenangkan tidak boleh diabaikan. Bimbingan dan
pendidikan yang diberikan kepada anak hendaknya selaras dengan hal yang menarik
perhatian dan menyenagkan.
Pemahaman tentang dunia bermain pada anak ini tidak lantas segala hal
yang berkaitan dengan anak harus disampaikan dengan bermain. Bisa jadi apa yang
kita ajarkan kepada anak-anak kita adalah persoalan serius, tetapi sebelum
menyampaikan itu, agar menarik perhatian anak, perlu didahului dengan permainan
atau dengan memberikan stimulasi yang menyenangkan. Di tengah keseriusan
belajar, perlu juga sekali selingan yang menyenangkan bagi hati sang anak-anak.
Ada sebagian orang tua yang menyukai pendidikan dan pembiasaan yang
dilakukan terhadap anak-anaknya dengan serius dan penuh ketegangan. Orang tua
tersebut bahwa cara seperti ini bisa membentuk karakter anak mempunyai
kedisiplinan yang tinggi dan dipercaya lebih berkesan. Menurut penulis, merkipun
ada keberhasilan dari cara seperti itu, sesungguhnya secara psikologis
anak-anak mengalami suasana yang tidak nyaman dan merasa tertekan. Apabila hal
ini yang terjadi, berarti telah terjadi kontraproduktif dengan tujuan
pendidikan yang memerdekakan dan mencerdaskan peserta didik atau anak-anak.
3. Perkembangan Psikologis
![]() |
Ilustrasi perkembangan psikologis (image free pixabay.com) |
Selain tumbuh secara fisik, anak juga berkembang secara psikologis. Itulah
sebabnya pantas kita sebut dengan istila ‘tumbuh dan berkembang’. Ada fase-fase
perkembangan yang dilaluinya dan anak menampilkan berbagai perilaku sesuai
dengan ciri-ciri masing-masing fase perkembangan tersebut. Setiap fase
perkembangan ditandai dengan perilaku yang khas dan unik.
Pemahaman terhadap hal yang demikian akan membuat orang tua tidak
menyamakan anak yang satu dengan anak yang lainnya yang jelas-jelas usianya
berbeda. Kepada sang kakak yang telah memasuki sekolah SMA sudah barang tetentu
berbeda cara menghadapinya dengan sang adik yang masih duduk di bangku SD. Adil
terhadap anak-anak itu tidak harus sama dan rata. Misalnya setiap anak harus
sudah mencuci pakaiannya sendiri. Padahal, yang satu sudah SMA, sedangkan yang
satu masih kelas satu SD.
Di sinilah pentingnya bagi orang tua untuk memerhatikan pertumbuhan dan
perkembangan anak-anaknya. Sungguh, memang anak-anak perlu diperhatikan, diajak
bicara, didengarkan ceritanya, ditanya apa yang menjadi keinginan dan
harapannya sehingga orang tua bisa mendampingi sekaligus memberikan bimbingan
terhadap anak-anaknya yang sedang mengalami tumbuh dan berkembang.
4. Senang Meniru
![]() |
Ilustrasi kecerdasan dibangun dari cara meniru (image free:pixabay.com) |
Setiap anak pada dasarnya senang meniru. Hal ini terjadi karena salah
satu proses pembentukan tingkah laku mereka diperoleh dengan cara meniru. Menghadapi
kenyataan demikian, orang tua dan guru dituntut untuk bisa memberikan
contoh-contoh keteladanan yang nyata akan hal-hal yang baik.
Memberikan contoh yang baik ini bisa dengan menunjukan sikap, termasuk
sikap bersemangat ketika mempelajari hal-hal yang baru. Atau bagaimana orang
tua dan guru menyikapi suatu hal. Misalnya, orang tua dan guru membiarka begitu
saja ketika melihat anak-anak atau muridnya melakukaj sebuah yang tidak
dibenarkan. Sikap mendiamkan ini bisa jadi ahirnya membuat sang anak meniru
perbuatan tidak baik tersebut karena orang tua gurunya tidak menegurnya.
5. Kreatif
![]() |
Ilustasi anak yang punya kreatif (image free pixabay.com) |
Anak-anak pada dasarnya adalah kreatif. Di antara penyebab kenapa
setiap anak bisa kreatif karena mereka mempunyai banyak rasa ingin tahu dan
berimajinasi tinggi. Kita tentu masih ingat ketika anak-anak kita yang baru
bisa bicara dan berjalan. Ia akan berjalan kesana kemari sekian tak kenal
lelah, dan ia terus saja bertanya tetang segala sesuatu.
Mungkin kita sering prihatin ketika menjumpai orang tua yang tidakm
sabar melayani anaknya ketika terus saja melontarkan pertanyaan. Bahkan, ada
orang tua yang tanpa merasa bersalah membentaknya karena telah banyak bertanya.
Padahal, pada saat orang tua membentak anaknya karena banyak bertanya atau
bercerita tentang imajinasinya yang terkadang seperti tidak lazim, pada saat
itulah orang tua telah menghambat kecerdasan sang anak dan menghentikan daya
kreatifnya.
Dalam hal ini. Memang diperlukan kesabaran dari orangtua. Diperlukan juga
sikap rendah hati dan tetap bisa menghargai cerita dan ide dari anak-anak yang
tidak jarang dinilai aneh oleh orang dewasa. Orang tua juga semestinya lebih
kreatif dan bisa luwes dalam menghadapi anak-anaknya. Hal disebabkan anak-anak
yang dihargai cenderung terhindar dari berbagai masalah psikologis serta akan
tumbuh dan berkembang lebih optimal. Disinilah sesungguhnya orangtua semestinya
bangga terhadap anak-anaknya yang tampak menonjolkan aspek kreatif dalam masatumbuh dan berkembangnya.
COMMENTS